PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) UTAMA PADA TANAMAN PADI DI KABUPATEN JOMBANG
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produksi pangan melalui peningkatan produksi padi perlu didukung oleh perlindungan tanaman secara terpadu. Peranan perlindungan tanaman selain mendukung upaya peningkatan produksi juga menjaga kualitas hasil produksi yang memiliki posisi tawar pasar yang baik dan tetap menjaga kelestarian Sumber Daya Alam (SDA).
Salah satu pembatas utama dalam meningkatkan produksi adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Prioritas utama OPT mendapat perhatian di Kabupaten Jombang adalah :
1. Tikus
2. Penggerek batang
3. Wereng Batang Coklat
4. Hawar daun bakteri.
Keempat OPT tersebut diatas merupakan hama penting yang bisa menurunkan hasil produksi petani secara signifikan, sehingga perlu diwaspadai oleh petani, khususnya petani Jombang.
Dalam melaksanakan pengendalian OPT perlu diperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya serangan OPT di lapang antara lain:
1. Pola tanam dan tata tanam tidak teratur
2. Timbul varietas-varietas baru yang peka terhadap OPT
3. Gerakan pengendalian hama tikus tidak dilakukan secara terjadwal dan berkesinambungan.
4. Kurangnya kerjasama antar kelompoktani dan desa dalam pengendalian OPT
5. Pengendalian Agens hayati sangat kurang
6. Musnahnya musuh alami OPT
7. Kurangnya sistem pengamatan oleh petani
8. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana.
Hal ini perlu mendapat perhatian dari aparat pertanian dalam melaksanakan tugasnya.
Rumusan masalah
1. Minimnya pengetahuan petani mengenai hama pengganggu tanaman padi
2. Kurangnya pengetahuan petani dalam mengatasi masalah OPT tanaman budidaya padi
3. Petani belum mengetahui langkah-langkah operasional dalam mengatasi OPT.
Tujuan
a. Memperkenalkan hama penting secara lebih khusus kepada petani.
b. Memperkenalkan potensi yang bisa digali dalam mengatasi masalah OPT tanaman budidaya khususnya padi.
c. Memberikan pengetahuan pada petani tentang langkah-langkah operasional dalam mengatasi hama penting tanaman budidaya khususnya padi dengan potensi yang ada.
TINJAUAN PUSTAKA
1. WERENG COKLAT
Wereng cokelat (Brown planthopper) Nilaparvata lugens (stal) termasuk family Delphacidae, ordo Homoptera, telah diketemukan oleh Stal sejak tahun 1854. Dulu oleh Stal dimasukkan ke dalam genus Delphax, sehingga dengan penamaan yang baru Stalnya dikurung.
Wereng Cokelat (Nilaparvata Lugens Stal)
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Homoptera
Sub Ordo : Auchenorrhyncha
Family : Delphacidae
Sub Family : Fulgoroidea
Wereng coklat termasuk serangga bertipe r-strategi, artinya :
· Populasi serangga dapat menemukan habitatnya dengan cepat;
· Berkembang biak dengan cepat dan mampu menggunakan sumber makanan dengan baik, sebelum serangga lain ikut berkompetisi; dan
· Mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru, sebelum habitat yang lama tidak berguna lagi.
Wereng coklat berukuran kecil, panjang 0,1-0,4 cm. Serangga wereng coklat dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer. Wereng coklat bersayap panjang dan wereng punggung putih berkembang ketika makanan tidak tersedia atau terdapat dalam jumlah terbatas.
2. PENGGEREK BATANG
Saat ini di Indonesia di kenal 6 jenis hama penggerek batang padi :
a. penggerek batang kuning,
b. penggerek padi putih,
c. penggerek batang padi bergaris,
d. penggerek batang padi kepala hitam,
e. penggerek batang padi berkilat
f. dan penggerek batang padi merah jambu.
Jenis-jenis tersebut memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan biologinya, namun hampir sama dalam menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakannya.
Di wilayah Kabupaten Jombang yang terbanyak adalah jenis penggerek batang padi kuning.
PEMBAHASAN
Data Serangan OPT
a. Data serangan OPT Penting MT. 2007
No.
Data Serangan OPT
Luas Keadaan Serangan MT. 2007 (Ha)
Ringan
Sedang
Berat
Puso
Jumlah
1
Tikus
72,41
5,25
-
-
77,66
2
Penggerek Batang
23,28
-
-
-
23,28
3
Wereng batang coklat
5,4
0,1
0,14
-
5,64
4
Hawar daun bakteri
46,06
-
-
-
46,06
b. Data serangan OPT Penting MT. 2008
No.
Data Serangan OPT
Luas Keadaan Serangan MT. 2008 (Ha)
Ringan
Sedang
Berat
Puso
Jumlah
1
Tikus
129,21
13,9
-
0,2
143,31
2
Penggerek Batang
55,26
1,17
-
-
56,43
3
Wereng batang coklat
2,15
1
-
-
3,15
4
Hawar daun bakteri
36,97
-
-
-
36,97
c. Data serangan OPT Penting MT. 2007/2009
No.
Data Serangan OPT
Luas Keadaan Serangan MT.2009 (Ha)
Ringan
Sedang
Berat
Puso
Jumlah
1
Tikus
74,46
5,84
-
-
80,3
2
Penggerek Batang
36,72
5,5
-
-
42,22
3
Wereng batang coklat
11,9
1,2
0,7
-
13,8
4
Hawar daun bakteri
44,32
36
-
-
80,32
d. Data serangan OPT Penting MT. 2010
No.
Data Serangan OPT
Luas Keadaan Serangan MT. 2010 (Ha)
Ringan
Sedang
Berat
Puso
Jumlah
1
Tikus
103,48
5
4
-
112,48
2
Penggerek Batang
57,7
-
-
-
57,7
3
Wereng batang coklat
-
-
-
-
0
4
Hawar daun bakteri
38,77
12
-
-
50,77
WERENG BATANG COKLAT
Karakteristik wereng batang coklat
• WBC dewasa mempunyai dua bentuk sayap, yaitu dewasa sayap panjang (makroptera) dan dewasa sayap pendek (brakhiptera).
• Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang, dan emigrasi, sedangkan brakhiptera populasi penetap.
• WBC mampu beradaptasi terhadap pergantian va - rietas tahan, dengan membentuk biotipe atau koloni baru.
• Populasi WBC dapat meningkat lebih tinggi dengan aplikasi insektisida yang tidak bijaksana , karena dapat menimbulkan resurjensi.
- Langkah Operasional Pengendalian OPT
Langkah yang diambil dalam pengamanan komodity pertanian di kabupaten Jombang antara lain:
1. Pemetaan daerah serangan OPT
2. Koordinasi tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelompoktani.
3. Membuat jadwal gerakan pengendalian hama tikus secara berkesinambungan (Terus menerus) sampai terkendalinya hama tikus.
4. Membagi 5 (lima) titik pengendalian hama tikus
- Titik I : Meliputi 4 (Empat) Kecamatan dengan luas 1.000 Ha yang terdiri dari kecamatan Peterongan, Tembelang, Kesamben dan Sumobito.
- Titik II : Meliputi 4 (empat) kecamatan dengan luas 650 Ha yang terdiri Plandaan, Ploso, Ngusikan dan Kudu.
- Titik III : Meliputi 4 (empat) kecamatan dengan luas 1000 Ha yang terdiri dari Kecamatan Megaluh, Jombang, Perak dan Bandar KM.
- Titik IV : Meliputi 4 (empat) kecamatan dengan luas 900 Ha yang terdiri dari Kecamatan Bareng, Ngoro, Mojowarno dan Gudo
- Titik V : Meliputi 2 (dua) kecamatan dengan luas 350 Ha yang terdiri dari kecamatan Mojoagung dan Jogoroto.
5. Pengamatan dan peringatan dini yang dilakukan oleh Petugas POPT dalam rangka Gerakan Operasional Pengendalian OPT di lapangan.
6. Pemberian bantuan pestisida dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan berdasarkan areal serangan OPT.
7. Gerakan pemupukan modal kelompoktani dalam rangka pengendalian OPT.
Cara Pengendalian
Secara Spesifik, pengendalian OPT tanaman pangan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Paket Teknologi Pengendalian Hama Tikus
No
Stadia Pertumbuhan Tanaman
Cara Pengendalian yang dapat diterapkan
1
2
3
4
5
6
Pra Tanam
Persemaian
Tanaman Muda
Tanaman Tua
Pematangan Bulir
Pasca Panen
- Gropyokan
- Pengemposan asap belerang
- Pemanfaatan musuh alami
- Sanitasi lingkungan
- Pengumpanan beracun
- Persemaian berkelompok
- Pagar plastik dan bubu
- Pemanfaatan musuh alami
- Sanitasi lingkungan
- Gropyokan
- Sanitasi lingkungan
- Pemanfaatan musuh alami
- Pengumpanan beracun
- Pagar plastik dan bubu
- Sanitasi lingkungan
- Pemanfaatan musuh alami
- Pengemposan asap belerang
- Pagar plastik dan bubu
- Sanitasi lingkungan
- Pemanfaatan musuh alami
- Pengemposan asap belerang
- Gropyokan
- Pengemposan asap belerang
- Pemanfaatan musuh alami
- Sanitasi lingkungan
PENGGEREK BATANG
Saat ini di Indonesia di kenal 6 jenis hama penggerek batang padi :
1. penggerek batang kuning,
2. penggerek padi putih,
3. penggerek batang padi bergaris,
4. penggerek batang padi kepala hitam,
5. penggerek batang padi berkilat
6. dan penggerek batang padi merah jambu.
Jenis-jenis tersebut memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan biologinya, namun hampir sama dalam menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakannya.
Di wilayah Kabupaten Jombang yang terbanyak adalah jenis penggerek batang padi kuning.
Bio ekologi penggerek batang padi kuning.
STADIA
URAIAN
Telur
· Jumlah telur 50 – 150 butir / kelompok, ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan, diletakkan pada malam hari pukul 19 – 20, selama 3 – 5 malam.
· Kepiridihan, 100 – 600 tiap butir tiap betina
· Stadium telur 6 – 7 hari
Larva
· Putih kekuningan sampai kehijauan
· Panjang maksimum 25 mm
· Stadium larva 28 – 35 hari, terdiri dari atas 5 – 7 instar
Pupa
· Kekuningan atau agak putih
· Kokon berupa selaput benang berwarna putih
· Panjang 12 – 15 mm
· Stadium pupa 6 – 23 hari
Imago/ ngengat
· Ngengat jantan memiliki bintik gelap pada sayap depan
· Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan
· Panjang ngengat jantan 14 mm, betina 17 mm
· Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik cahaya
· Jangkauan terbang dapat mencapai 6 – 10 km
· Lama hidup ngengat, 5 – 10 hari dengan siklus hidup 39 – 58 hari
Musuh alami penggerek batang padi kuning yang terpenting dan terdapat di Indonesia adalah parasit telur, Tetrastichus schoenobii, Telenomus rowane, T. Dicnus dan Tricograma japanicum. Diantara parasitoid telur tersebut, yang paling dominan dan efektif adalah T. Schoenobii.
Parasitoid larva banyak ditemukan, walaupun parasitasinya rendah. Seperti Conocephalus longepennis merupakan salah satu predator telur yang cukup penting.
b. Paket Teknologi Pengendalian Hama Penggerek batang
1. Pengaturan Pola tanam dan tata tanam
2. Pengumpulan telur penggerek di persemaian
3. Pengendalian dengan Agens Hayati Parasitoid Pias Tricogramma 100 lembar / Ha dengan aplikasi 4 Lbr dipersemaian dan 96 Lbr di Pertanaman.
4. Penggunaan Agens hayati Nematoda Enthomo Patogen (NEP) jika diperlukan.
5. Penggunaan Insectisida yang bijaksana.
c. Paket Teknologi Pengendalian Hama Wereng
1. Pengaturan tata tanam dan pola tanam
2. Penggunaan varietas tahan
3. Pengendalian dengan Agens hayati, misalnya Beauveria Bassiana dan Metharizium
4. Eradikasi bila ditemukan serangan kerdil rumput dan kerdil hampa.
5. Penggunaan pestisida yang bijaksana sebelum melewati ambang ekonomi.
d. Paket Teknologi Pengendalian Hama Hawar bakteri
1. Menggunakan benih bersertifikat
2. Sebelum disebar, benih direndam dengan Corine Bacterium selama 24 Jam dengan konsentrasi 5cc / Ltr
3. Pengaturan jarak tanam (Penanaman tidak terlalu rapat)
4. Pemupukan berimbang
5. Penyemprotan dengan Corine Bacterium di pertanaman pada umur 14 HST, 28 HST dan 56 HST dengan konsentrasi 5 cc / Ltr dengan volume semprot 500 Ltr.
PENUTUP
Dampak serangan OPT sangat besar pengaruhnya terhadap produksi pertanian maupun pendapatan petani, oleh karena itu dukungan dan bantuan pemerintah sangat diharapkan oleh petani baik berupa sarana maupun prasarana. Pengendalian OPT dapat berhasil apabila petani menggunakan prinsip-prinsip PHT dengan melibatkan peran serta masyarakat, kerjasama antar kelompok, desa serta kecamatan.
Dengan mantapnya kelembagaan kelompoktani, operasional pengendalian OPT di tingkat lapang semakin mantap dan terjaga hasil produksi pertanian dari serangan OPT. Dengan panduan ini diharapkan bisa menjadi acuan petugas maupun pelaku usaha di bidang pertanian sesuai kapasitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar