TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL
UNTUK PENINGKATAN BUDIDAYA DAN PRODUKSI KACANG HIJAU
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini fokus pengembangan pertanian adalah bagaimana
mewujudkan swasembada pangan utamanya beras, sebagaimana pernah dicapai pada tahun
1984 yang lalu. Tingginya kebutuhan pangan dalam negeri yang tidak diimbangi
dengan pasokan mengakibatkan ketergantungan pasokan dari luar. Manakala harga bahan pangan dunia melonjak
tidak dapat ditangkal, dampaknya sangat menguatirkan. Berbekal pengalaman
tersebut, berbagai kebijakan telah diterapkan dengan tujuan mencapai swasembada
pangan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Penurunan produksi bahan pangan nasional, pada umumnya
bukan karena menurunnya tingkat produktivitas tanaman, akan tetapi oleh semakin
sempitnya luas lahan pertanian produktif (terutama di pulau Jawa) sebagai
akibat alih fungsi seperti konversi lahan sawah, ditambah isu global tentang
meningkatnya degradasi lahan.
Guna mencapai tujuan swasembada pangan, pembangunan
pertanian selama ini terfokus pada lahan sawah sebagai penghasil beras,
sehingga tidak mengherankan sebagian besar dana dan daya dialokasikan untuk
program intensifikasi sawah. Usaha
intensifikasi pertanian di lahan sawah lebih efektif dibanding dengan lahan
kering, sehingga wajar jika lahan sawah memberikan sumbangan yang lebih besar.
Namun dengan semakin menyempitnya sawah akibat alih fungsi lahan sawah,
sehingga sawah semakin menyempit pengalihan usaha ke lahan kering makin terasa
diperlukan. Selain itu, dewasa ini
terjadi gejala di lapangan yang mengindikasikan sawah mulai sakit- sakitan
karena jenuh oleh masukan ppupuk buatan/kimia yang berlebih pada konsentrasi
tinggi sehingga keseimbangan hara dalam tanah mulai terganggu. Kondisi tersebut masih diperparah dengan
merosotnya kandungan bahan organik tanah kurang dari 1 persen. Dampaknya yang terjadi adalah pelandaian
produktivitas tanaman pangan utama dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
1.2 Rumusan masalah
·
Berkurangnya lahan pertanian
·
Menurunnya produktivitas kacang
hijau
·
Minimnya pendapatan petani
1.3 Tujuan
·
Meningkatnya Produksi, produktifitas dan mutu kacang
hijau
·
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani
Karakterisasi Lahan Pertanian
Lahan
pertanian adalah bagian dari daratan yang dimanfaatkan dalam kegiatan
pertanian, atau sebidang tanah yang dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya
pertanian.
Lahan
kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air
selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Dengan demikian lahan kering
adalah lahan yang memiliki keterbatasan air sepanjang tahun dan tidak pernah
dalam kondisi tergenang. Kandungan
lengas tanahnya selalu berada di bawah kandungan lengas tanah kapasitas lapangan.
Tipologi lahan ini dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga
dataran tinggi ( > 700 m dpl). Dari
pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk lahan kering
mencakup : lahan tadah hujan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, hutan,
semak, padang rumput, dan padang alang-alang. sehingga menurunkan kemampuan
lahannya.
Berdasarkan
produktivitasnya dan ada tidaknya faktor pembatas, lahan pertanian dibedakan
menjadi lahan produktif dan lahan kurang produktif atau lahan marginal. Lahan produktif mempunyai daya dukung lahan
yang memadai dari sisi kesubujran fisika, kimia dan biologi sehingga senantiasa
memiliki kesuburan aktual (siap pakai) denngan sedikit atau tanpa faktor
pembatas. Lahan marginal adalah lahan
yang memiliki beberapa faktor pembatas yang harus diatasi terlebih dahulu
sebelum lahan tersebut dimanfaatkan.
Lahan marginal sebenarnya menyimpan kesuburan potensial yang akan muncul
setelah mendapatkan pengelolaa terlebih dahulu.
Biasanya lahan marginal membutuhkan masukan (input) yang memerlukan
biaya tinggi.
Dalam
konteks lahan marginal, dikenal pula istilah lahan kritis yang lebih banyak
dihubungkan dengan proses kerusakan fungsi lahan dalam satuan ekosistem atau
keterputusan lahan tersebut dengan sistem ekologis pendukungnya. Sementara itu, lahan tandus lebih banyak
dihubungkan dengan kenampakan visual tentang lahan tersebut yang dicirikan oleh
sedikitnya atau merananya pertumbuhan vegetasi di tempat itu. Kebalikannya adalah lahan subur yang nampak
menghijau.
Dalam
uraian lebih lanjut, bahasan akan dibatasi pada lahan kering marjinal. Pada umumnya lahan kering/marjinal dicirikan
oleh tingkat kesuburan rendah, solum
dangkal. Lahan marjinal di dataran
tinggi peka terhadap erosi. Lahan kering
didataran rendah sesuai untuk budidaya pertanian penghasil bahan
pangan(seperti padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau).
Kendala-kendalan
yang muncul dalam pemanfaatan lahan kering marjinal untuk pengembangan tanaman
pertanian antara lain :
1.
Sebagian besar lahan kering
tingkat kesuburannya rendah dan sumber pengairan terbatas kecuali dari curah
hujan yang distribusinya tidak bisa dikendalikan sesuai dengan kebutuhan.
2.
Topografi umumnya tidak datar,
berada di daerah lereng dan perbukitan, memiliki tingkat erosi relatif tinggi
yang berpotensi untuk menimbulkan degradasi kesuburan lahan.
3.
Infra struktur ekonomi tidak
sebaik di lahan sawah.
4.
Keterbatasan biofisik lahan,
penguasaan lahan petani, dan infrastruktur ekonomi menyebabkan teknologi usaha
tani relatif mahal bagi petani lahan kering.
5.
Kualitas lahan dan penerapan
teknologi yang terbatas menyebabkan variabilitas produksi pertanian lahan
kering relatif tinggi.
Teknologi pengelolaan
lahan kering yang umum dilakukan meliputi :
1.
Tindakan konservasi tanah dan
air,
2.
Pengelolaan kesuburan tanah
(pemupukan dan penambahan bahan organik),
3.
Pemilihan jenis tanaman pangan
(tanaman berumur pendek tahan kekeringan merupakan pilihan yang tepat untuk
dilakukan pada wilayah yang beriklim kering).
Nilai agronomis dan ekonomis
kacang hijau di lahan marjinal
Kacang
hijau memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis kacang lain seperti kacang
tanah dan kacang kedelai dari sisi agronomi dan ekonomi. Dari sisi agronomi, Kacang hijau memiliki kelebihan dibanding tanaman
pangan lainnya, yaitu : (1) berumur genjah (55-65 hari, (2) lebih toleran
kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan relatif kecil, yakni 700-900
mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih
rendah dari itu masih dapat tumbuh karena kacang hijau berakar dalam, (3) dapat
ditanam pada lahan yang kurang subur dan sekaligus berfungsi sebagai penyubur
tanah karena bersimbiose engan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12
ton/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar,
(5) hama yang menyerang relatif sedikit.
Dari sisi ekonomi harga jualnya
tinggi dan stabil ( 4.200 – 5.000 rupiah) dalam periode 2000-2005, harga
tersebut lebih tinggi dari harga kedelai, namun lebih rendah dari harga kacang
tanah periode yang sama (BPS, 2006).
Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas
alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yang memiliki indeks
pertanaman panen rendah.
Syarat tumbuh tanaman kacang hijau adalah sebagai
berikut
Produktivitas kacang hijau sangat dipengaruhi
- Ketinggian
tempat 0 – 1.800 m dpl, optimalnya 5-700 m dpl.
-
Suhu optimum 28 – 30 0 c, tanaman ini menyukai daerah relatif
kering dengan kelembaban 60-89%.
- Kebutuhan
air untuk tanaman kacang hijau hanya kritis pada awal pertumbuhan sampai fase
berbunga (sekitar 1 bulan setelah tanam). Kebutuhan minimalnya pada masa kritis
setara dengan curah hujan 100 mm/bulan.
Cuarh hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah dan rentan
terhadap serangan penyakit.
- Kacang
hijau tumbuh dengan baik pada tanah gembur, dranase baik, mempunyai kapasitas
menahan air yang tinggi. Jenis latososl
dan regosol merupakan jenis tanah yang cocok untuk tanaman tersebut.
- PH 5,5 – 6,5
Berbagai Masukan Teknologi
Dalam Upaya Peningkatan Budidaya Dan Produksi Kacang Hijau
di Lahan Kering Marginal
Persoalan
utama dalam berusahatani di lahan kering/marginal adalah bagaimana mengelola
air yang menjadi faktor pembatas, sehingga produktivitas lahan dapat
ditingkatkan. Selain itu lahan marginal
mempunyai keterbatasan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang tidak baik,
serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusahatani. Untuk
meningkatkan produktivitas lahan kering/marginal terdapat beberapa cara yang
perlu dilakukan yaitu : penggunaan varietas tanaman unggul berumur genjah,
penerapan pola tanam yang sesuai dengan curahan hujan, perbaikan teknik
budidaya tanaman, serta usaha konservasi lahan sehingga kelestarian dapat
dijaga. Penjelasan masukan teknologi tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Penggunaan
varietas unggul.
Mengingat
terbatasnya kemampuan finansial petani, maka dalam pengembangan kacang hijau di
lahan kering diawali dengan introduksi varietas unggul yang ditanam dengan cara
budidaya petani (misal tanam sebar setelah tanah diolah minimal) sehingga tidak
memerlukan biaya tambahan. Sebanyak 14
varietas yang dilepas oleh Balitkabi sejak tahun 1979-2004 hasilnya berkisar
1,4-1,7 ton/ha dapat dikembangkan karena sesuai dengan karakteristiknya, kacang
hijau memiliki adaptasi luas. Varietas
kutilang dilepas tahun 2004, tergolong tahan penyakit embun tepung dan dalam
pengujian hasilnya dapat mencapai 2,0 ton/ha, masak serempak pada umur dua
bulan memiliki ukuran biji sedang dengan warna hijau mengkilap.
Beberapa varietas unggul
kacang hijau yang telah dikembangkan :
1. Varietas
Camar : umur panen 60 HST : potensi hasil 1,00 – 2,00 ton/ha.
2.
Varietas Sriti : umur panen 60-65; potensi hasil 1,58 ton/ha, toleran penyakit
embun tepung dan bercak daun.
3. Varietas Murai : umur panen 63 hari potensi
hasil 1,5 ton/ha.
4. Varietas perkutut : umur panen 60 hari,
potensi hasil 0,7-2,2 ton/ha.
5. Varietas kenari : umur panen 60-65 hari,
potensi hasil 0,8 – 2,4 ton/ha.
6. Varietas Sampeong : umur panen 70-75 hari,
potensi hasil 2,5-3 ton/ha.
Kebutuhan
benih sekitar 20 kg/ha dengan daya tumbuh 90 %.
2)
Penerapan
pola tanam.
Pengembangan
kacang hijau pada lahan kering/marginal harus disesuaikan dengan pola tanam
setempat. Pola tanam sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Karakteristik kacang
hijau pada lahan kering akan ditanam pada musim kemarau sesudah komoditas
utama, semisal padi gogo atau jagung.
Kacang hijau ditanam sebagai tanaman ketiga untuk lahan kering beriklim
basah dengan pola padi gogo-jagung-kacang hijau, padi gogo-kedelai-kacang hijau
atau jagung-kedelai-kacang hijau. Pada
lahan kering beriklim kering ditanam dengan pola : jagung-kacang hijau dan/atau
kacang hijau-kacang hijau.
3)
Penerapan
teknik budidaya.
Penerapan
teknik budidaya tanaman berkaitan langsung dengan perlakuan yang diberikan
terhadap lahan maupun tanaman agar tanaman dapat berproduksi dengan
optimal. Kegiatan-kegiatan tersebut
meliputi
a)
Penyiapan
lahan
o
Pada
lahan bekas padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (TOT).
o
Tunggul
padi perlu dipotong pendek dan dibersihkan seperlunya atau dipinggirkan.
o
Apabila
tanah becek maka perlu dibuat saluran drainase dengan jarak 3-5 m.
o
Sedangkan
pada lahan tegalan atau bekas tanaman palawija lain (jagung) perlu pengolahan
tanah :
§ Pembajakan sedalam 15-20 cm.
§ Kemudian dihasulkan dan diratakan.
§ Saluran irigasi dibuat dengan jarak 3-5 m.
b)
Cara
tanam
o
Tanam
dengan sistem tugal, dua biji per lubang.
o
Pada
musim hujan, digunmakan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga mencapai populasi
300-400 ribu tanaman/ha.
o
Pada
musim kemarau digunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm sehingga populasinya sekitar
400-500 ribu tanaman/ha
o
Penyulaman
dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7 hari.
c)
Pemupukan
o
Untuk
lahan yang kurang subur, tanaman dipupuk 45 kg urea + 45-90 kg SP36 + 50 kg
KCl/ha yang diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang
barisan tanaman.
o
Bahan
organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 ton ha atau abu dapur sangat baik
untuk pupuk dan diberikan sebagai penutup lubang tanam.
d)
Mulsa
jerami
o
Untuk
menekan serangan hama lalat bibit, pertumbuhan gulma, dan penguapan air, jeraami
padi sebanyak 5 ton/ha dapat diberikan sebagai mulsa.
e)
Penyiangan
o
Penyiangan
dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur 2 dan 4 minggu.
f)
Pengairan
o
Pada
daerah panas (suhu udara 30-31oC) dan kelembaban udara rendah (54-62o
C) pertanaman perlu diairi dua kali pada umur 21 hari dan 38 hari.
o
Pada
daerah sedang (suhu udara 24-26oC) dan kelembaban udara rendah
(77-82o C) pengairan cukup diberikan satu kali pada umur 21 hari
atau 38 hari.
o
Periode
kritis kacang hijau terhadap ketersediaan air adalah pada saat menjelang
berbunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45-50 hari) sehingga jika
kekurangan air pada periode tersebut perlu dilakukan pengairan.
g)
Pengendalian
hama
o
Hama
utama kacang hijau adalah lalat kacang Agromyza
phaseoli, ulat jengkal Plusia chalcities,
kepik hijau Nezara viridula, kepik
coklat Riptortus linearis, penggerek
polong Maruca testualis dan Etiella zinkenella dan kutu Thrips.
o
Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan insektisida seperti : Confidor, regent, curacron,
Atabron, Furadan atau Pegasus dengan dosis 2-3 ml/liter air dan volume semprot
500-600 liter/ha.
o
Pada
daerah endemik lalat bibit Agromyza
phaseoli perlu tindakan perlakuan benih dengan insektisida Carbosulfan (10
g/kg benih) atau Fiuproni (5 cc/kg benih).
h)
Pengendalian
penyakit
o
Penyakit
utama adalah beercak daun Cercospora
canescens, busuk batang, embun tepung Erypsiphe
polygoni, dan penyakit puru Elsinoe
glycines.
o
Pengendalian
dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti : Benlate, Dithane M-45,
Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal serangan dengan dosis 2 g/l air.
o
Penyakit
embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif dikendalikan dengan fungisida
hexakonazol yang diberikan pada umur 4-6
minggu.
o
Penyakit
bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida hexakonazol yang diberikan
pada umur 4,5 dan 6 minggu.
i)
Panen
dan pasca penen.
o
Panen
dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat.
o
Panen
dengan cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2-3 hari hingga kulit
mudah terbuka.
o
Pembijian
dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya didalam kantong plastik atau kain
untuk menghindari kehilangan hasil.
o
Pembersihan
biji dan kotoran dengan menggunakan nyiru (tampah) dan biji dijemur lagi sampai
kering simpan yaitu kadar air mencapai 8-10%.
4)
Tindakan
konservasi tanah dan air.
Usaha
konservasi tanah dan air merupakan upaya agar tanah/lahan dapat digunakan
secara lestari. Tindakan konservasi
tanah dan air, bertujuan untuk melindungi tanah terhadap kerusakan yang
ditimbulkan oleh butir-butir air hujan yang jatuh, memperlambat aliran
permukaan (run off), memperbesar kapasitas infiltrasi dan memperbaiki aerasi
serta memberikan penyediaan air bagi tanaman . Pada lahan kering, tindakan
konservasi lebih ditujukan pada upaya mengurangi erosi dan kehilangan unsur
hara (Syekhfani, 1991).
Usaha-usaha yang dapat
dilakukan :
·
Cara mekanik (pengolahan tanah,
pembuatan teras).
·
Cara vegetatif (penanaman cover
crop, pergiliran tanaman, tumpangsari, wanatani, pemanfaatan sisa tanaman
sebagai mulsa).
·
Kombinasi keduanya.
Penutup
Upaya
untuk lebih mengoptimalkan lahan marjinal untuk peningkatan bbudidaya kacang
hijau dilakukan dengan penggunaan varietas unggul baru, pola tanam, dan
tindakan konservasi tanah dan air.
1.
Ke
depan yang harus dilakukan adalah melibatkan peran serta petani dan msayarakat
pedesaan dalam meningkatkan dan mengembangkan lahan marjinal yang secara
optimal dan lestari dengan memanfaatkan pilihan teknologi yang mampu
meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan petani dan kesejahteraan
masyarakat.
2.
Kacang
tanah mempunyai keunggulan agronomis dan ekonomis untuk dibudidayakan di lahan
kering dibanding tanama
3.
Teknologi
yang dikembangkan hendaknya teknologi yang murah, sederhana dan efektif.
4.
Diperlukan
komitmen dan peran pemerintah maupun dinas terkait dalam upaya pendayagunaan
lahan marjinal untuk pengembangan tanaman pangan umumnya dan khususnya kacang
hijau.
PUSTAKA
Astanto,
K., 2007. Kacang hijau alternatif yang
menguntungkan ditanam dilahan kering.
Sinar tani tanggal 23 agustus
2007.
Dinas
Pertanian Jawa Timur, 2003. Laporan Tahunan.
Irianto
Basuki, Sri Hastuti, Awaludin Hipi dan Kukuh Wahyu W., 2004. Tingkat keuntungan usahatani kacang hijau
sebagai komoditas unggulan daerah NTB
Minardi,
S., 2009. Optimalisai Pengelolaan Lahan
Kering Untuk pengembangan Pertanian Tanaman Pangan. Pidato Guru besar Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Soemarno,
2004. Potensi dan Penggunaan Sumberdaya
Lahan di Jawa Timur dan Permasalahannya.
Suprapto
dan Nyoman Adi Jaya, 2000. Berbagai
masukan teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan marginal. Agdex
100/16 No Seri 11/Tanaman/2000/Oktober 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar